milky way embung manajar

Sepeda motor matic yang saya kendarai mulai ancang-ancang untuk melibas jalur tanjakan yang bersudut hampir 40 derajat. Beruntung jalan sudah dibikin semen sehingga roda bisa mencengkeram dengan lebih kuat. Kebayang kalau jalan masih berupa tanah pasti bakalan mengurungkan niat saya untuk menikmati malam di atas Umbung Manajar. Jarak sekitar 1 kilometer di peta dilwati dengan hati-hati, sesekali saya berhenti di tanah yang datar, merehatkan mesin supaya tidak terlalu panas, dan juga untuk menunggu lampu motor Bayu supaya tidak tertinggal terlalu jauh di belakang.

Embung Manajar berlokasi di Selo, tidak jauh dari pasar Selo, ada pertigaan ke arah kanan. Jalan kecil yang mungkin hanya muat dua motor berpapasan. Tapi pastinya bakalan bikin ngeper yang tidak terbiasa membawa motor menanjak atau menuruni jalan curam ini. Di beberapa tempat terdapat peringatan supaya berhati-hati membawa motor, tanjakan curam di depan, dan ada ojek yang siap mengantar hingga ke atas. Jadi kalau memang dirasa motor kurang fit, silakan bisa sewa jasa ojek kok.

milkyway-embung-manajar-06
tertutup kabut

Begitu sampai di Embung Manajar, kabut tipis sudah menutupi seluruh pandangan. Gunung Merapi yang harusnya nampak jelas di depan hanya terlihat bagian punggungan, dengan lampu – lampu kampung di bagian bawahnya. Selain itu hanya putih menutupi sekitar. Sambil menunggu kabut hilang, kami menyusuri sekitar embung. Di sekliling embung ternyata dipagari, jadi untuk memotret pantulan gunung merapi dan milky way bakalan sulit. Belum lagi permukaan air yang agak surut dan berwarna kehijauan. Tripod saya pasang di bagian yang menghadap ke Merapi, jadi begitu langit terbuka bisa langsung pasang kamera.

milkyway-embung-manajar-07
merapi tertutup kabut

Embung Manajar belakangan ini memang cukup populer di media sosial. Beberapa kali saya mendapati teman yang sharing hunting milky way dengan latar depan pantulan gunung Merapi di permukaan airnya. Beberapa hari yang lalu juga sebenarnya rencana ke sini, tapi saya batalkan dan memilih hunting milky way di sekitar bukit Nganten, tidak terlalu jauh dari pasar Selo juga.

kabut tebal menyelimuti merapi

Sambil menunggu, kue dan cemilan digelar. Tapi semakin lama jadi semakin lapar. Beruntung warung di samping toilet sepertinya belum tutup. Pesan mie instan sambil ngobrol dengan mas nya yang jualan. Katanya memang hampir tiap hari ada yang naik dan kadang bermalam dengan tenda. Malam ini ada rombongan dari jakarta yang datang juga. Kalau sabtu minggu malah jangan ditanya, saking penuhnya kadang sampai terpaksa bikin tendanya hingga sampai di atas bukit, sekitar 15 menit jalan kaki dari Embung Manajar. Bermalam di gunung memang menjadi salah satu aktivitas yang menyenangkan buat beberapa kelompok. Yang penting tidak merusak alam dan bisa menjaga etika selama berada di alam. Bagaimanapun juga alam punya aturan sendiri yang harus kita hormati.

zonk

Dari jam tujuh hingga setengah sepuluh malam, zonk. Hanya ada kabut putih yang menyelimuti pemandangan. Angin gunung yang bertiup juga membuat tubuh semakin kedingingan. Langit hanya sesekali muncul bintang, dan setelah itu kembali tertutup. Mie instan hangat yang tadi sempat dipesan dari warung di sekitar sudah lama habis. Sepertinya hunting kali ini belum sesuai harapan.

Akhirnya kami putuskan untuk pulang, resiko memotret pemandangan di daerah pegunungan memang alam yang kadang kurang bisa ditebak. Beberapa hari sebelumnya padahal sempat memotret milky way di sekitar gardu pandang Selo dan mendapatkan langit cerah penuh bintang. Tapi masih ada lain waktu, sebelum bulan depan, bagian inti milky way kembali menghilang dan harus menunggu hingga awal tahun depan.

milkyway-embung-manajar-05
muncul sebentar dan hilang lagi

Tips Memotret di Embung Manajar

  • Pastikan motor yang Anda gunakan dalam kondisi fit, terutama di bagian rem. Jalur cukup panjang dan menanjak. Walau di beberapa tempat sudah dipersiapkan lokasi untuk berhenti dan memarkir motor apabila memang tidak yakin, terutama untuk perjalanan turun nanti.
  • Kurang direkomendasikan juga berboncengan naik motor ke atas, biasanya nanti yang bonceng bakalan turun buat jalan kaki hahaha..
  • Untuk yang ingin berjalan kaki bisa memarkir motor di beberapa lokasi parkir di sepanjang jalan, tapi mungkin kalau tidak malam minggu tidak ada yang jaga. Atau bisa juga dengan menyewa jasa ojek. Jasa sewa ojek bervariasi dari 10-15 ribu tergantung lokasi kita naik.
  • Lokasi paling baik untuk memotret dengan latar depan bayangan Gunung Merapi di permukaan air Embung Manajar adalah di bagian sisi utara.
  • Embung dikelilingi oleh pagar, jadi agak kesulitan untuk mencari posisi terbaik. Kemarin hanya sempat mencoba beberapa frame dengan tripod dan kamera dimasukan ke dalam pagar.
  • Untuk yang ingin memotret dari tempat yang lebih tinggi supaya seluruh embung nya terlihat bisa di dekat warung.
  • Kalau ingin lebih longgar dan leluasa memotret datang jangan pas weekend atau libur, karena bakalan penuh lokasinya dengan pengunjung lainnya.
  • Untuk memotret milky way bisa sekitar bulan Maret – September, paling efektif sekitar Juni – Agustus mulai dari sore hingga menjelang pagi hari. Untuk tips memotret milky way bisa dibaca lebih lengkapnya di sini.
  • Bawa jaket atau pakaian hangat, apalagi kalau malam hari karena suhu dan angin yang dingin membuat kita jadi kurang fokus memotret.
  • Peralatan memotret yang saya rekomendasikan dibawa untuk memotret di Embung Manajar lensa ultra wide untuk mendapatkan refleksi gunung Merapi di permukaan air, lensa tele untuk mendapatkan detail perkampungan dan bagian puncak Merapi. Tripod juga wajib dibawa untuk memotret milky way di Embung Manajar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *